Liburan
telah berlalu. Tinggal sehari lagi orang tuaku berada di Medan sebelum kembali
ke Riau untuk memulai kembali perkerjaannya setelah cuti natal dan tahun baru.
Hari ini,
Kamis 3 Januari 2013. Papa menyuruhku untuk berobat dan memeriksa kesehatanku, yang
beberapa hari belakangan ini tidak baik. Aku pun mengiyakan permintaan papa dan
kami pun segera bergegas menuju salah 1 rumah sakit yang ada di kota Medan.
Sesampainya
di rumah sakit, aku disuruh mengisi formulis pendaftaran dan disuruh masuk
keruang ICU. Mama dan Papa selalu menemaniku disampingku hingga aku selesai di
periksa oleh dokter jaga di rumah sakit itu.
“Hallo.,
siapa nama kamu?” sapa dokter cantik itu dengan ramahnya
“nama saya Chandra dok” jawabku
“kamu saya periksa dulu ya.” Kata dokter kemudian memeriksa tubuhku
Setelah
dirasa cukup, aku pun menemui Mama, Papa dan Dokter. Dokter menyuruhku agar aku
di rontgen terlebih dahulu. Aku dan Mama pun menuju ruangannya, sementara Papa
mau pergi dulu mencari mesin ATM yang ada di rumah sakit tersebut.
“Yuk dek
silahkan masuk. Kaosnya dibuka ya dk” kata perawat itu menyuruhku agar membuka
kaos yang aku kenakan. “oke, sekarang
tarik dan tahan napas kamu ya. Ga lama kok dk” kata perawat itu memerintahkan
aku.
“baik sus” jawabku
Aku pun
binggung dengan semua ini. Banyak pertanyaan yang timbul di pikiranku saat itu.
Apa sebenarnya yang terjadi padaku.? Aku sendiri terus mencari jawabannya.
“Ma, kok
harus pakai acara di rontgen segala?” tanyaku pada Mama.
“Biasanya itu bang. Biar tau apakah ada penyakit didalam” jawab Mama.
Aku pun
terdiam dan banyak memikirkan segala yang di katakan Mama. Aku pun mulai
gelisah dan tak tenang untuk mengetahui penyakit apa yang aku derita. Aku dan
Mama pun di suruh kembali ke ruang ICU dan kami pun bergegas menuju kesana.
Aku pun tak
banyak bicara saat itu. Aku hanya banyak diam dan banyak memikirkan akan
penyakit yang akan aku derita. Sambil menunggu, aku pun buka twitter untuk
sejenak menenangkan pikiran. Aku pun melihat DM dari salah seorang sahabatku
yang menanyakan hasil pemeriksaanku. Yap, sebelumnya aku sudah beritahu hanya
kepadanya kalau aku akan periksa kesehatan hari ini.
“hasilnya
belum keluar sob. Sob, gimana kalau nanti penyakitku ini berbahaya, gimana
kalau nantinya aku harus meninggal? Gimana ini, aku binggung ni” tanyaku
“yaelah Chan, ga usah di pikiran sampai
situ kali. Positif thingking aja Chan. Berdoa aja agar pikiranmu tenang” balas
sobatku dan memberi saran kepadaku.
Setelah
membaca sarannya, aku pun langsung berdoa untuk meminta kepada Tuhan hasil yang
terbaik hari ini. Tak lama kemudian, kami sudah disuruh masuk kembali keruangan
ICU.
Aku
mendengarkan semua yang dikatakan dokter dan memberitahukan semuanya. Namun
karna dokter ini bukan ahlinya di bidang penyakit itu. Dokter pun menyarankan
saya agar datang besok dan segera menjumpai dokter spesialis seperti yang di
jelaskan dokter.
“Dok, besok
saya dan mamanya sudah harus kembali ke Pekanbaru. Apa dia bisa datang sendiri
saja menjumpai dokter itu? Soalnya saya masih juga kurang yakin” Tanya Papa
kepada dokter.
“kalau masalah itu bapak tidak usah khawatir. Diakan sudah berusia 17 tahun,
jadi dia datang sendiri juga tidak masalah. Toh juga dia sudah dewasa dan sudah
berhak tau semuanya pak” jawab dokter
Aku pun
hanya diam dan sedikit pucat semenjak dokter memberi tau penyakitku. Karna
dokter itu kurang yakin dengan penyakit itu, dokter hanya memberi saran agar
aku besok menjumpai dokter yang ahli dibidang penyakit itu.
Ingin
rasanya aku mengabari semua sahabat-sahabatku, tapi aku takut ini bakal menjadi
beban pikiran mereka atau mungkin jadi bahan untuk selalu dipertanyakan setiap
saat.
***
Aku
terbangun ketika nenekku membanguni tidurku yang lelap. Aku melihat Papa dan
Mama serta adik-adikku tengah sibuk membereskan seluruh koper mereka kedalam
mobil. Kulihat jam baru pukul 02.30 dini hari. Aku pun duduk di teras rumah,
tak lama kemudian, mama mengingatkanku untuk datang kerumah sakit nanti.
“Bang, nanti
jangan lupa ya datang ke rumah sakit. Biar semua baik-baik saja” kata Mama
“iya Ma” jawabku lesu
“Bang, tadi Papa sudah bilang sama Opung Boru (sebutan nenek di kalangan orang
batak) untuk menemanimu ke rumah sakit nanti. Jadi biar ada temanmu nanti ya”
kata Papa
“iya Pa” jawabku mengiyakan perkataan Papa.
Sekitar jam
3 lewat rombongan papa pun berangkat menuju Pekanbaru. Sebelum berangkat, kami
pun tak lupa berdoa agar semuanya sampai di tempat tujuan dengan selamat.
Setelah
rombongan Papa berangkat, aku pun kembali menuju kamar tidur dan kembali tidur.
Besok paginya aku segera bangun dan menuju teras rumah. Ku lihat adiknya Papa
juga tengah bersiap membereskan barang-barangnya sebelum kembali ke Jakarta.
Tak lama
kemudian, taksi yang akan membawa mereka ke bandara Polonia Medan telah datang.
Aku pun membantu membawakan barangnya ke bagasi taksi.
“kamu nanti
jangan lupa ke rumah sakit ya chan. Kamu harus nurut nanti apa yang dikatakan
dokter. Bou (panggilan adiknya Papa bagi orang batak) mau pulang ke Jakarta.
Kamu baik-baik ya.” Kata bou kemudian pergi menuju taksi.
“oke bou. Hati-hati ya semua.” Kataku sambil melambaikan tangan ke arah mereka.
Semuanya
telah berangkat dan kembali kekotanya masing-masing. Kini tinggal aku, kakek
dan nenek yang tinggal di rumah. Sementara adikku ikut ke Pekanbaru untuk
mengambil ijazahnya.
“yah, sudah
sepi aja ya ni rumah nek. Sudah pada pulang semua” kataku mengawali pembicaraan
dengan nenek.
“iya, namanya juga mereka punya pekerjaan. Mau ga mau mereka harus berkerja
dong” kata nenekku. “ya sudah, pergi mandi sana. Biar nanti kita berangkat ke
rumah sakit. Nanti keburu dokternya pulang lagi” kata nenekku
“oke pung” sautku
Aku pun
segera bersiap-siap untuk pergi menuju rumah sakit dan mengetahui yang lebih
pasti.
***
“Yasudah,
ayok masuk.” Kata nenek membuyarkan lamunanku
“Mau masuk kemana nek ?” tanyaku polos.
“Mau masuk kemana lagi, ya keruangan dokternya lah bang” kata nenekku
Kami pun
masuk keruangan ICU untuk bertemu dokter yang memeriksaku semalam.
“Pagi dok..” sapaku
“Pagi juga Chandra” kata dokter.
“Suster sembiring, kemarilah” kata dokter memanggil suster yang ada diruangan
itu
“Ada apa Dok?” Tanya suster.
“Begini, adik ini tolong kamu bawakan keruangan klinik spesialis paru ya sus”
kata dokter menyuruh suster untuk membawaku keruangan klinik spesialis jantung
dan paru-paru
Aku pun
segera masuk dan dokter pun langsung memeriksa keadaanku saat ini. Dokter ini
seperti rada-rada ga normal. Dia suka sekali memuji aku dan membuat aku jadi ga
tenang. Yap, dokter ini adalah cowo.!
Dokter
menjelaskan semua hasil rontgen kepunyaanku. Dia sangat kaget, karna ABG
seperti sudah seperti ini.
“Na.. Na..
Na.. ” kata dokter panjang lebar menjelaskan semuanya. Aku pun terdiam dan
tiba-tiba melamun saat dokter bilang aku harus di rawat inap. Sopontan, aku pun
terkejut dan agak pucat saat dokter mengatakan begitu. Aku pun bertanya-tanya
di dalam hati, apakah penyakitku separah ini?
“Jadi
bagaimana? Kamu mau di rawat inap?” Tanya dokter. Aku pun hanya terdiam dan tak
tau menjawab apa.
“Nantilah saya tanya dulu ke orangtuanya dok. Soalnya orangtuanya pun lagi
perjalanan kembali ke Pekanbaru” kata nenek saya.
Aku pun
hanya diam dan diam setelah mengetahui bahwa paru-paru disebelah kananku kotor
dan paru-paru sebelah kiriku hampir terkena paru-paru basah.
Aku kaget,
aku syok dan aku tak tau kenapa bisa begini. “Dok, selama ini saya tidak pernah
yang namanya merokok, kok saya tiba-tiba paru-paru saya kotor?” tanyaku
penasaran.
“Paru-paru kotor tidak hanya berlaku kepada orang yang merokok. Namun berlaku
juga kepada orang-orang yang aktifitasnya sering menghirup udara kotor terlebih
asap rokok” kata dokter menjelaskan.
Lagi-lagi
aku berniat untuk memberi sahabat-sahabat SMP dan sahabat-sahabat SMA ku. Namun
sulit rasanya lidah ini berkata seperti itu kepada mereka.
Aku takut
kalau mereka mengetahui aku berpenyakitan seperti ini akunya akan dijauhi
mereka, aku takut ini bakal jadi bahan ocehan. Semua pikiranku berubah jadi
negative thinking.
“Begini
saja, saya kasi kamu obat untuk 5 hari kedepan. Kita lihat perubahannya
bagaimana. Kamu harus sering-sering check up ya. Jangan malas untuk berobat.
Oke” kata Dokter kepadaku
“Oke dok” jawabku lesu
Dokter pun
memberi kami resep dan kami segera menuju apotik rumah sakit itu untuk membeli
obat. Setelah kami selesai membeli obat dan ingin keluar, tiba-tiba saja saya
bertemu dengan dokter tadi dan berkata “Kamu tanya ya orangtuamu. Biar kamu
bisa segera di okname”
aku pun hanya senyum saya dan menganggukan kepala, seolah-olah aku mengiyakan
permintaan dokter itu.
“Sudah,
tidak usah di pikirin, suster tadi ngomong sama nenek. Kamu ga harus di okname,
soalnya ini belum parah, cukup rawat jalan saja dan minum obat dengan teratur.
Pasti kamu cepat sembuh” kata nenek menyemangatiku.
“Iya nek. Yaudah, ayok pulang nek. Udah capek ni nek” kataku dan kami pun
meninggalkan rumah sakit
Inilah untuk
pertama kalinya aku mendengar aku sakit parah dan harus sekali sebulan check up
kesehatan kerumah sakit. Aku pun belum berniat untuk memberi tau
sahabat-sahabatku akan penyakitku ini. Aku ga mau, hanya karnaku mereka juga
jadi kepikiran dan jadi repot. Aku pun hanya bisa merahasiakan ini semua.
Sejak aku
sakit ini, aku dilarang juga untuk beraktifitas di ekskulku. Aku juga dilarang
kecapean dan segalanya. Ingin sekali aku menolaknya, tapi inilah yang terbaik
buatku. Semenjak ini juga, aku jadi lebih sering disekitar kelasku ketimbang
aku main-main dan datang kekelas sahabat-sahabatku. Namun aku terus berusaha
sesering mungkin datang kekelas mereka, agar mereka tidak marah dan menjauhiku.
Walau itu membuatku lelah sekali pun. Yang penting bersama sahabat terasa
sangat menyenangkan dan membuatku lupa akan penyakit itu.
--SekiaN--
No comments:
Post a Comment