Tuesday, April 2, 2013

Cerpen


Pengalaman Pertama Menjadi Panitia Natal

Sore ini aku di ajak temanku untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan natal sekolah. Berpartisipasi disini ialah, aku ikut dalam susunan kepanitiaan natal keluarga besar SMAN 5 Medan 2012.

“Chan, kamu ikut dalam susunan panitia natal ya” kata Jan mengajakku untuk ikut berpartisipasi
“Wah., aku ga pede Jan untuk ikut-ikut jadi panitia gitu” kata untuk menolaknya karna aku memang belum pernah menjadi panitia natal dimana pun
“Udah ga apa-apa. Kamu di seksi dokumentasi saja, kan pas dengan ekskulmu dan kemampuanmu” kata Jan
“Yaudah, aku setuju deh. Tapi aku ga mau ya kerjaannya selain jadi dokumentasi” kataku menyetujui permintaan Jan agar aku ikut menjadi panitia natal sekolahku nanti
Untuk yang pertama kalinya dalam hidupku, aku pun ikut berpartisipasi jadi panitia natal. Sore hari itu juga, aku diajak untuk mengikuti rapat panitia natal disalah satu ruangan kelas yang ada disekolahku.
“Jan, masih lama ya? Kok tau selama ini, akukan bisa makan siang dulu tadi” kataku mengeluh kepada Jan temanku itu.
“Ga lama lagi kok Chan, sabar aja. Sedikit lagi juga bakal usai kok. Trus pulang” jawab jan.
Aku pun menambah aktifitasku dan kesibukan di bulan Desember ini. Belum lagi usai dengan kegiatanku yang super sibuk di ekskulku, aku pun harus menambah tugas, dan tantangan di kepanitian natalku tahun ini.


Seminggu sebelum natal di laksanakan. Kami pun mengadakan rapat panitia natal kembali, untuk melaporkan dana yang dibutuhkan tiap masing-masing seksi.

***

“Yoko, bagaimana ini. Jas untukku belum ada. Keknya aku ga bisa datang ni” kataku menakuti Yoko ketua panitia natalku
“Akh, serius kamu Chan, waktunya sudah mepet ini. Apa kamu ga bisa cari atau minjam ke teman-temanmu dulu?” kata Yoko termakan omonganku
“Iya ga ada Yoko. Aku udah nyari sana-sini. Tetep ga aku temukan” kataku membuat Yoko semakin panik.
“Jadi bagaimana ini Chan. Coba kamu pinjam jasi si Solima, siapa tau dia mau minjamkan.” Kata Yoko memberiku saran
“Hahaha.. Sudah, ga usah panik gitu. Aku ada kok jasnya. Aku cuma mau membuatmu heboh saja” kataku sambil tertawa-tawa.
“Akh, kamu Chan. Bikin aku panik saja” kata Yoko lega

***

Beberapa jam lagi natal segera di mulai, kami panitia disuruh agar cepat datang karna waktu natal akan diadakan on time.

“Kak, nanti kita panitia datang jam 17.00 ya” jawab Melly sekretaris natal kami yang kebetulan adik kelas
“Akh, kakak nanti ga pasti datang jam berapa dek. Soalnya nanti kakak diantar sama saudara kakak” kataku.
“Loh, kan kata bu Dona kita panitia harus lebih cepat datangnya.” Kata Melly memberitahuku
“Alah dk, paling nanti pakai jam Indonesia, jam karet” kata Jan meledek.
“Ga taulah kak” kata Melly sebal. “Oh iya kak Chan, kakak nanti naik apa ke gereja kak. Kalau bisa, aku nebeng ya kak.” Kata Melly minta ikut nebeng bareng aku
“Kakak nanti diantar naik mobil dek sama sudara kakak. Boleh-bleh saja sih dek, berani bayar berapa dk?” kataku menerima tawarannya untung berangkat barengku sambil meledeknya.
“Ih kakak lah. Dibayar dengan pahala kak” jawab Melly sambil memonyongkan bibirnya.
Kami pun hanya tertawa dan melanjutkan obrolan lainnya.

***

“Aduh, mampus nih. Tinggal 2 jam lagi acara natal, kameraku belum dapat juga. Bagaimana nih ya” kataku gundah sambil berpikir-pikir panjang.

Semenjak di sekolah tadi, memang aku sudah meminjam kamera teman-temanku untuk aku pergunakan di acara natal sekolah nanti. Tapi tak seorangpun dapat meminjamkannya.
Aku pun panik setengah mati. Sebab kameraku untuk acara nanti belum ada juga. Tidak mungkin aku harus menyuruh bonyokku mengirimkan kamera dari Pekanbaru sana.

Aku pun baru sadar, biasanya kalau berlibur, saudaraku membawa kameranya kemana-mana. Aku pun berpikir untuk mencoba meminjam kamera saudaraku. Tetapi aku juga baru teringat akan kamera Jan. aku pun memilih untuk menemui Jan saja. Sebab, aku agak  segan meminjam kamera saudaraku itu.

Aku pun pergi menuju rumah Jan untuk meminjam kamerannya, aku pun rela menembus hujan hanya untuk mendapatkannya.

Setelah sampai di rumah Jan. aku pun disuruh masuk dan segera menemui Jan. deg, aku pun kaget melihat Jan yang baru bangun tidur sementara acara natal kurang dari satu setengah jam lagi.

“Loh, kok baru bangun Jan? udah jam berapa ni? Ntar telat loh” tanyaku kaget
“Yah gampang lah itu Chan. Kamu sendiri ajakan belum siap-siap” ledek Jan kembali
“Jan, makan dulu sini, ajak temannya sekalian.” Ajak Mama Jan
“Iya Ma” saut Jan. “ayuk Chan makan dulu. Udah diajak tu” kata Jan mengajakku
“Iya Jan. trimah kasih. Tapi ga usah repot-repot” kataku. “Oia Jan, bagaimana dengan kameranya, ada Jan?” tanyaku
“Bentar ya biar ku bilang sama Mamaku dulu. Soalnya kameranya sama Mamaku” kata Jan sambil memberikan mie balap yang baru dimasak mamanya Jan.
Tak lama kemudian, Jan pun kembali membawa 3 unit kamera. 2 jenis kamera lama dan 1 lagi jenis kamera baru. Aku pun sedikit gembira, sbab kamera yang kubutuhkan ternyata ada.
“Chan, mau pakai yang mana?” tanyanya.
“Yang mana yang bagusnya dan yang bisa dipakai aja Jan” kataku.
“Yang ini memang kamera lama, tapi filmnya tidak aja Chan. Trus yang ini memang ga palah 
lama-lama kali lah. Cuman batrainya udah habis Chan. Trus yang ini, aku belum yakin dikasih Mamaku di pakai. Soalnya ini kamera untuk kerjanya” kata Jan memperjelaskan 1 per 1 kamera yang ia bawa.
“Trus aku makai yang mana nih Jan? ga mungkinkan sekarang juga beli filmnya, trus beli batrainya? Mana sempat lagi Jan” kataku sedikit sebal setelah mengetahui keburukan setiap kamera.
“kamu boleh pakai kamera kerja tante, tapi foto kerja tante jangan sampai hilang ya” kata Mama Jan tiba-tiba datang.
“yah kamu pindahin aja fotonya kalau tidak. Biar ada cadangan fotonya” kata Papa Jan ke Mama Jan
“Terima kasih tan. Bukannya saya menolak diberi pinjam. Takutnya nanti saya lalai, trus tiba-tiba foto yang tante butuhkan malah kehapus lagi. Jadi saya ga usah minjam punya tante. Nanti saya usahakan minjam ke teman-teman yang lain” kataku menolak dengan sopan. Karna aku takut nanti foto kerjaan Mama Jan hilang dan aku jadi bersalah
“Oh, yasudah pinjam kamera temanmu yang adek kelas itu aja. Diakan punnya kamera juga” kata Jan memberi saran.
“Iya Jan, kamu benar. Aku pergi ketempat dia aja ya. Mungkin dia bisa minjamkan” kataku. “Yasudah Om, Tante. Saya pulang dulu ya, biar bisa kerumah teman saya” kataku pamit pulang lalu menyalami mereka.

Aku pun diantar Jan sampai teras. “Thanks ya Jan. Aku pulang dulu” kataku pamit pulang.
Sebenarnya aku tadi bohong untuk mengiyakan perkataan Jan. Tapi aku takut nyinggung perasaan Jan dan orangtuanya, akhirnya aku pun mengiyakan perkataan Jan untuk meminjam kamera adik kelas yang di maksud oleh Jan tadi.

Beberapa saat sebelum aku pulang, aku melihat Yoko telah sampai di depan rumah Jan. Ia pun binggung dengan kami. Sebab kami belum bergegas pegi ke acara natal yang akan mulai kurang lebih 1 jam lagi

“Lah, bagaimananya kalian. Kok belum siap-siap? Kita panitia harus udah disana loh setengah jam lagi” kata Yoko memberi tahu.
“Ia ko. Ni juga mau pulang. Tinggal pakaian aja lagi.” Kataku. “Jan, jangan bilang kameranya belum ada ya sama Yoko” kataku berbisik di telinga Jan lalu pergi meninggalkan Jan.

***

Setelah kesana-kemari, aku pun memutuskan untuk meminjam kamera saudaraku itu. Dan ternyata kameranya pun ada. Aku pun senang dan segera bergegas pakaian, karna aku juga harus menjemput Melly dirumahnya.

“Kak sudah dimana kak? Aku takut kita terlambat kak” kata Melly melalui sms.
“Iya bentar ya dk. Soalny saudara kakak lagi manasin mobilnya” balasku
Smsku bukan cuma alasan palsu, tapi Memang benar saudaraku sedang memanaskan mesin, tapi aku juga sedang bersiap-siap sih. Hehehe..
“Dek, kakak berangkat. Nanti ada mobil berplat BA 1 *D langsung masuk aja ya dek. Kakak naik mobil plat itu dk” kataku mengirim sms ke Melly.
“Oke kak” balasnya.

Aku pun segera bergegas menuju rumah Melly, sesampainya dirumah Melly, kami pun langsung berangkat menuju gereja tempat kami bernatal.

“Bagi panitia ngambil pin panitia disebelah sini” kata penerima tamu
Aku pun segera mencari pin panitiaku, namun tak ketemu juga. Aku pun binggung kenapa pin panitiaku tidak ada sementara ada pin dengan 2 nama yang sama. Aku pun bertanya kepada koordinator penerima tamu.

“Miss, pin panitia saya kok tidak ada? Sementara ada 2 pin dengan nama yang sama pula. Bagaimana ni Miss” tanyaku kepada ibu itu yang kebetulan guru bahasa inggris
“Tuhkan, itu saja masalah seksi penerima tamu ini. Tidak becus kerjanya. Pasti ada saja kurangnya. Sudah, kamu tidak apa-apa tidak pakai pin. Nanti kalau ada masalah konfirmasi saja sama Mam.” Kata Mam sebal karna seksi penerima tamunya tidak becus mengurus pin penerima tamu.
“nanti saya disangka sok jadi panitia lagi Mam. Soalnyakan semua panitia pakai pin” kata saya dengan nada yang agak cemberut.
“bukan cuma kamu aja kok. Ada juga yang lain. Lagian, ga pakai pin kamu tetap ganteng kok” kata Mam menghibur dan memuji saya.
“Mam bisa aja” kataku agak sedikit kegeeran. “Oh iya Mem, saya foto-foto dulu ya” kataku permisi dan kemudia memfoto hal-hal penting yang perlu didokumentasikan.
Semua acara berjalan dengan Hikmah dan Sukacita. Tugasku sebagai dokumentasi juga dibantu oleh kakak seniorku yang juga pembimbingku di ekskulku datang dan membantuku. Awalnya kakak itu segan untuk masuk gereja. Yap, dia bukan seorang kristiani. Jadi dia merasa segan untuk masuk, tapi aku meyakinkannya tidak apa-apa asal ia tidak mengganggu ibadah dan acara ini juga tidak mengganggu dia.
Semua acara hari ini dapat dikatakan sukses walau sedikit menyebalkan karna pin panitiaku tidak ada.
Sekitar kurang lebih pukul 21.00 WIB aku pun pulang bersama adikku dan bersama Melly.

Ternyata menjadi seorang panitia natal itu tidak semuanya mudah dan menyenangkan. Contohnya saja aku yang menjadi panitia di seksi dokumentasi. Yang selama acara mondar-mandir, pergi kesana-kesini untuk mengambil gambar yang patut untuk didokumentasikan dan dibuat menjadi album natal sekolah. Bahkan setelah acara selesai harus memilih-milih gambar yang bagus dan membuat laporannya.
Bagiku ini semua aku lakukan untuk melayani Tuhan khususnya pada acara natal kali ini. Ini juga seksi yang menarik bagiku, sbab aku bisa menjadi super sibuk dan hal itulah yang aku suka disetiap bagian tugas-tugasku yang sering aku lakukan.
Semoga cerita ini menginspirasi anda untuk mempersembahkan yang terbaik buat semua orang dan terlebih buat Tuhan..

--SekiaN--

No comments:

Post a Comment